WILUJENG SUMPING DI SKKS RANCABANG CIANJUR (www.skkscianjur.blogspot.com)

Minggu, 23 Juni 2013

Apa Sih Tugas Pemimpin Redaksi di Sebuah Penerbit Buku?

Bekerja di sebuah penerbit buku, ternyata tak cukup dengan ilmu yang pas-pasan. Ilmu, khususnya penulisan, penerbitan, pemasaran, harus selalu diupdate dan ditajamkan. Contohnya adalah pemimpin redaksi atau pemred. Dia mengemban tugas-tugas mulia demi terbitnya sebuah naskah buku. Di sini kita tidak bicara soal enak tidaknya, karena kalau pekerjaan itu dinikmati, maka akan nikmatlah jadinya. Di sini saya akan sharing sedikit soal tugas dan kewajiban seorang pemred atau manajer editor. Di antara tanggung jawab yang diembannya ialah:

1.Menjalin komunikasi yang baik dan menciptakan tim work yang solid

Sebelum, ketika, dan sesudah melakukan suatu pekerjaan, pemred hendaknya selalu menekankan terciptanya komunikasi yang baik dan tim yang solid kepada anggotanya. Hal ini karena penerbitan sebuah buku merupakan kerja tim dan bukan kerja individual.

2.Membagi pekerjaan kepada editor dan akurator

Jumat, 21 Juni 2013

JAMAN PAJAJARAN(4)

3. Ratu Dewata (1535 - 1543)

Surawisesa digantikan oleh puteranya (RATU DEWATA). Berbeda dengan Surawisesa yang dikenal sebagai panglima perang yang perwira, perkasa dan pemberani, Ratu Dewata sangat alim dan taat kepada agama. Ia melakukan upacara SUNATAN (adat khitan pra-Islam) dan melakukan tapa PWAH-SUSU (hanya makan buah-buahan dan minum susu). Menurut istilah kiwari VEGETARIAN.

Resminya perjanjian perdamaian PAJAJARAN - CIREBON masih berlaku. Tetapi Ratu Dewata lupa bahwa sebagai TUNGGUL NEGARA ia harus tetap bersiaga. Ia kurang mengenal seluk-beluk POLITIK.

Hasanudin dari Banten sebenarnya ikut menandatangani perjanjian perdamaian Pajajaran - Cirebon, akan tetapi itu dia lakukan hanya karena kepatuhannya kepada siasat ayahnya (Susuhunan jati) yang melihat kepentingan Wilayah Cirebon di sebelah timur Citarum. Secara pribadi Hasanudin kurang setuju dengan perjanjian itu karena wilayah kekuasaannya berbatasan langsung dengan Pajajaran. Maka secara diam-diam ia membentuk pasukan khusus tanpa identitas resmi yang mampu bergerak cepat. [Kemampuan pasukan Banten dalam hal bergerak cepat ini telah dibuktikannya sepanjang abad ke-18 dan merupakan catatan khusus Belanda, terutama gerakan pasukan SYEKH YUSUF]. Menurut Carita Parahiyangan, pada masa pemerintahan Ratu Dewata ini terjadi serangan mendadak ke Ibukota Pakuan dan musuh "tambuh sangkane" (tidak dikenal asal-usulnya).

JAMAN PAJAJARAN (1482 - 1579) (3)

2. Surawisesa (1521 - 1535)

Pengganti Sri Baduga Maharaja adalah Surawisesa (puteranya dari Mayang Sunda dan juga cucu Prabu Susuktunggal). Ia dipuji oleh Carita Parahiyangan dengan sebutan "kasuran" (perwira), "kadiran" (perkasa) dan "kuwanen" (pemberani). Selama 14 tahun memerintah ia melakukan 15 kali pertempuran. Pujian penulis Carita Parahiyangan memang berkaitan dengan
hal ini.

Nagara Kretabhumi I/2 dan sumber Portugis mengisahkan bahwa Surawisesa pernah diutus ayahnya menghubungi Alfonso d'Albuquerque (Laksamana Bungker) di Malaka. Ia pergi ke Malaka dua kali (1512 dan 1521). Hasil kunjungan pertama adalah kunjungan penjajakan pihak Portugis pada tahun 1513 yang diikuti oleh Tome Pires, sedangkan hasil kunjungan yang kedua adalah kedatangan utusan Portugis yang dipimpin oleh Hendrik de Leme (ipar Alfonso) ke Ibukota Pakuan. Dalam kunjungan itu disepakati persetujuan antara Pajajaran dan Portugis mengenai perdagangan dan keamanan. [Ten Dam menganggap bahwa perjanjian itu hanya lisan, akan tetapi sumber portugis yang kemudian dikutip Hageman menyebutkan "Van deze overeenkomst werd een geschrift opgemaakt in dubbel, waarvan elke partij een behield" (Dari perjanjian ini dibuat tulisan rangkap dua, lalu masing-masing pihak memegang satu) Menurut Soekanto (1956) perjanjian itu ditandatangai 21 Agustus 1522]

JAMAN PAJAJARAN (1482 - 1579) (2)

B. Raja-raja Pajajaran

1. Sri Baduga Maharaja
Jaman Pajajaran diawali oleh pemerintahan Sri Baduga Maharaja (RatuJayadewata) yang memerintah selama 39 thaun (1482 - 1521). Pada masa inilah Pakuan mencapai puncak perkembangannya.

Dalam prasasti Batutulis diberitakan bahwa Sri Baduga dinobatkan dua kali, yaitu yang pertama ketika Jayadewata menerima Tahta Galuh dari ayahnya (Prabu Dewa Niskala) yang kemudian bergelar PRABU GURU DEWAPRANATA. Yang kedua ketika ia menerima Tahta Kerajaan Sunda dari mertuanya (Susuktunggal). Dengan peristiwa ini, ia menjadi penguasa Sunda-Galuh dan dinobatkan dengar gelar SRI BADUGA MAHARAJA RATU HAJI di PAKUAN PAJAJARAN SRI SANG RATU DEWATA. Jadi sekali lagi dan untuk terakhir kalinya, setelah "sepi" selama 149 tahun, Jawa Barat kembali menyaksikan iring-iringan rombongan raja yang berpindah tempat dari timur ke barat.

Di Jawa Barat Sri Baduga ini lebih dikenal dengan nama PRABU SILIWANGI. Nama Siliwangi sudah tercatat dalam kropak 630 sebagai lakon pantun. Naskah itu ditulis tahun 1518 ketika Sri Baduga masih hidup. Lakon Prabu Siliwangi dalam berbagai versinya berintikan kisah tokoh ini menjadi raja di Pakuan. Peristiwa itu dari segi sejarah berarti saat Sri Baduga mempunyai kekuasaan yang sama besarnya dengan Wastu Kancana

JAMAN PAJAJARAN (1482 - 1579) (1)

A. KAWALI IBUKOTA BARU

1. Pusat Pemerintahan berpindah-pindah

Bila rasa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia tumbuh secara bersangsur-angsur, ini mudah dipahami karena banyaknya kelompok etnik yang menjadi penduduk Indonesia. Rasa kesatuan etnik Sunda di Jawa Barat pun tidak tumbuh serempak, melainkan berangsur-angsur.

Telah dikemukakan bahwa keturunan Manarah yang laki-laki terputus sehingga pada tahun 852 Tahta Galuh jatuh kepada keturunan Banga, yaitu Rakeyan Wuwus yang beristrikan puteri keturunan Galuh. Sebaliknya adik perempuan Rakeyan Wuwus menikah dengan putera Galuh yang kemudian menggantikan kedudukan iparnya sebagai Raja Sunda IX dengan gelar PRABU DARMARAKSA BUANA. Kehadiran orang Galuh sebagai Raja Sunda di Pakuan waktu itu belum dapat diterima secara umum, sama halnya dengan kehadiran Sanjaya dan Tamperan sebagai orang Sunda di Galuh. Prabu Darmaraksa (891 - 895) dibunuh oleh seorang menteri
Sunda yang fanatik.

Karena peristiwa itu, tiap Raja Sunda yang baru selalu memperhitungkan tempat kedudukan yang akan dipilihnya menjadi pusat pemerintahan. Dengan demikian, pusat pemerintahan itu berpindah-pindah dari barat ke timur dan sebaliknya. Antara tahun 895 sampai tahun 1311 kawasan Jawa Barat diramaikan sewaktu-waktu oleh iring-iringan rombongan raja baru yang pindah tempat.

Rabu, 19 Juni 2013

JENIS DAN MACAM KUJANG

Chandra Dinata
skkscianjur// Kujang tidak hanya seperti yang kita kenal sekarang, berbentuk ramping pipih dengan lubang empat atau lima. Banyak jenis-jenis kujang yang sudah tidak atau susah di temukan lagi. berikut beberapa jenis kujang yang pernah ada saat jaman Pajajaran masih berdiri:

Nama Kujang berdasakan bentuk dan ukurannya;
1. Kujang Gagab bentuknya lebar dan harus di soren atau diikatkan di pingang.
2. Kujang Bangking, bentuknya ramping seperti yang kita kenal.
3. Kujang Pangarek, karena besarnya cara bawanya pun harus di pikul.
4. Kujang Pamangkas, bentuknya panjang hingga cara bawanya pun mesti di tentengJenis-jenis kujang berdasarkan bentuk rupanya,
1. Kujang Ciung
2. Kujang Jago
3. Kujang Kuntul
4. Kujang Bangkong
5. Kujang Naga
6. Kujang Badak
7. Kujang Pekarangan, bentuknya agak lurus biasa digunakan untuk alat pertanian.
Kujang berdasarkan mata atau lubang dan artinya;
1. Mandala Agung, bermata sembilan biasanya pemegangnya adlah Raja Brahmesta dan Pandita agung.
2. Mandala Sama, bermata delapan
3. Mandala Jati, bermata tujuh biasanya pemegangnya Prabu anom, mantri dangka dan pandita.
4. Mandala Suda, bermata enam
5. Mandala Seba, bermata lima, biasanya pemegangnya seorang bupati, geurang serat, geurang puun.
6. Mandala Rasa biasa disebut wesi kuning, bermata empat pemegangnya para putri menak keraton.
7. Mandala Karma, bermata tiga, pemegangnya para puun.
8. Mandala Permana. bermata dua.
9. Mandala Kasungka, bermata satu pemegangnya para guru tangtu agama.

Mata kujang melambangkan mandala atau dunia atau alam yang akan dilalui manusia, yaitu mandala kasungka, mandala permana, mandala karma, mandala rasa, mandala seba, mandala suda, mandala jati, mandala sama dan mandala agung.

Dilihat dari strukturnya kujang ada dua bagian,
- Jati diri kujang
- Jati Nagara Kujang

Berdasarkan lubang atau matanya kujang pun dapat diartikan;
lubang 1 disebut ngaherang
lubang 2 disebut lumenggang
lubang 3 disebut gumulung
lubang 4 disebut gumelar
lubang 5 disebut mangrupa
lubang 6 disebut usik
lubang 7 disebut malik
lubang 8 disebut ngajadi
lubang 9 disebut medal

lubang 10 atau kembali ke 0 disebut nunggal, suwung

AYANG AYANG GUNG!

Sampurasun anak-incu aki nu balageur!
Ayeuna aki rék ngoréhkeun kakawihan barudak baheula lamun arulin di buruan imah, nyaéta kakawihan “Ayang Ayang Gung”. Ari kana rumpakana mah tangtu kabéh oge geus arapal, tapi teu nanaon urang diunggah deui di dieu, unina kieu:

Ayang ayang gung,
Gung goongna ramé,
Ménak Ki Mas Tanu,
Nu jadi wadana,
Naha manéh kitu,
Tukang olo-olo,
Loba anu giruk,
RUket jeung Kumpeni,
Niat jadi pangkat,
Katon kagoréngan,
Ngantos Kangjeng Dalem,
Lempa lempi lempong – ngadu pipi jeung nu ompig, jalan ka Batawi ngemplong.

Ieu kakawihan téh timbulna dina waktu jaman pamaréntahan Walanda (VOC), nyaéta dina waktu mimiti bangsa Walanda daratang ka urang, jeung terus ngajajah. Dina jaman harita loba bangsa Sunda anu jadi alat nagara, anu gila pangkat jaeung kalungguhan. Dibasakeun “hayang Agung”, atawa hayang boga pangkat luhur. Ringkesna mah hayang jadi Ménak.

Senin, 17 Juni 2013

Sanghyang Borosngora

Rustam Effendi Sastrawijaya
Skks cianjur//Menurut versi Sejarah Cianjur, Sanghyang Borosngora dikenal sebagai Prabu Jampang Manggung. Nama aslinya adalah Pangeran Sanghyang Borosngora, ia putera kedua Adipati Singacala (Panjalu) yang bernama Prabu Cakradewa. Prabu Cakradewa sendiri adalah putera Sedang Larang, Sedang Larang adalah putera Ratu Prapa Selawati.

Sanghyang Borosngora adalah putera Prabu Cakradewa dari permaisuri yang bernama Ratu Sari Permanadewi. Ratu Sari Permanadewi adalah putera keenam dari Adipati Wanaperi Sang Aria Kikis, jadi Sanghyang Borosngora adalah saudara misan Dalem Cikundul.

Sanghyang Borosngora mempunyai empat orang saudara dan pada usia 14 tahun ia diperintah sang ayah untuk berziarah ke tanah suci Mekkah. Pada bulan Safar 1101 H Sanghyang Borosngora berangkat ke Mekkah yang lama perjalanannya adalah 6 tahun.

Sepulang dari tanah suci, Sanghyang Borosngora mendapat julukan Syeikh Haji Sampulur Sauma Dipa Ulama. Tiba di kampung halamannya Kerajaan Singacala, sang ayah ternyata telah meninggal dunia. Borosngora kemudian berniat menurunkan ilmunya dan menyampaikan ajaran Islam kepada rakyat Pajajaran Girang dan Pajajaran Tengah, karena itu Borosngora mengembara ke nagari Sancang dan tanah Jampang.

Minggu, 16 Juni 2013

MAKNA MOTO SKKS "NYUNDA" - Versi Bhs. Indonesia

 Ki H Ihwan Natapradja
NYUNDA – PEMIMPIN YANG BERSIH.

Dahulu msyarakat etnis Sunda hidup dalam “isme” Sunda yang baku. Maka pada masa inilah munculnya istilah “nyunda”. Sendi-sendi kehidupan seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan seluruhnya berdasarkan kepada isme Sunda. Dalam hal budaya misalnya: dari mulai seni, bahasa, busana, teknologi, sampai kepada pemukiman dan perumahan, seluruhnya berdasarkan kepada budaya Sunda.

Sejalan dengan waktu sendi-sendi tersebut satu persatu menjadi terlepas. Yang pertama lepas adalah tentunya agama. Hal ini sangat “kasat mata” yang akhirnya mayoritas etnis Sunda sekarang memeluk agama Islam. Kondisi yang tentunya sangat disayangkan oleh mereka yang masih “dalit” menganut agama leluhur. Walaupun demikian teentu tidak disayangkan, malahan disyukuri, oleh orang Sunda Yng berkeyakinan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang haq.

Sabtu, 15 Juni 2013

BAHASAN PALASIPAH NYAKOLA – NYANTIKA – NYUNDA -- NANTRI

NYAKOLA
Salah sahiji hal anu mindeng para guru mangsa kiwari jadi dumareuda nyaéta nalika  ditanya ngeunaan  fungsi institusi sakola. Sebenerna basajan pisan, fungsi sakola nyaéta pikeun ngawangun paripolah! Anu antukna aya kaitanana jeung ieu téh geus lila pisan sabenerna urang Sunda miwanoh kana palasipah sakola. Sakola ngarupakeun paripolah atawa sikep akademis anu kacida jelas tungtunanana dina Al Qur'an
.
"Jeung mangkadé anjeun ulah nurutan  (migawé) sarupaning bab anu anjeun henteu miboga élmuna, saenyana pangrungu, paninggal, jeung haté sakumna bakal dipénta tanggung jawabna." [al Isra:36] Pangjéntré palasipah sakola nyaéta kumaha urang dina maripolah sapopoéna, pangpangna dina migawé hiji ham, kudu dumasar kana disiplin élmu anu jelas. Patani jeung élmu tanina, politisi jeung élmu politikna, tentara jeung ilmu militerna,

padagang jeung élmu dagangna, guru jeung élmu atikanana, jeung sajabana. Manusa nu nyakola bakal katinggali ogé dina mangsa manéhna ngomong atawa nepilein hiji argumen. Sabab didasaran ku élmu satuluyna argumen-argumen atawa 
kekecapanana bisa babari dipiharti ku pihak lian.

PANGGEUING TI KI IHWAN NATAPRADJA, GIRANG PUPUHU SAWALA KANDAGA KALANG SUNDA PASANGGRAHAN PAKUJAJAR



Para Sadérék! Muga waspada, kana muterna roda jaman sareng kana undang-undang alam. Margi roda anu muterkeun jaman, undang-undang anu nangtukeun perjalanan. Éta undang-undang alam, pasti teu robah-robah, henteu saperti undang-undang buatan jelema. Sing émut!.

 Undang-undang Alam.
Dupi undang-undang alam téh nyaéta hiji pangaturan anu pasti, sarta kuat tur teu tiasa robah-robah saperti undang-undang nu dijieun ku jelema.
Ieu undang-undang alam, diayakeunana ku Allah SWT langkung ti payun tibatan alamna. Sadaya undang-undang, boh undang-undang agama, boh undang-undang nagara, sadayana kenging nyutat tina undang-undang alam.

Hikmah Allah nu ngawasa ka sadaya alam, parantos ngajantenkeun adegan manusa, anu kacida dipunjulkeunana ti adegan-adegan mahluk lianna.

PANCA GARAP SKKS

Galur badag garapan SKKS khususnya, jeung asong-saran keur umumna urang Sunda, nyaéta ngupayakeun lima perkara:

1. Nuwuhkeun kasadaran yén sanajan urang Sunda ngarupakeun bagéan anu teu bisa dipisahkeun ti masyarakat Indonesia sacara umum, tapi tetep miboga kakhususan dina perkara-perkara anu tinangtu di antarana dina perkara adat istiadat jeung budaya. Ku ayana kasadaran ieu dipiharep urang Sunda tetep guyub sauyunan;

2. Ngumpulkeun rupa rupa masalah dasar anu dina mangsa ieu kaalaman sacara umum ku masyarakat Sunda;

3. Sacara nyorangan (individu), paguyuban, organisasi, atawa massal molah kajian-kajian keur manggihan solusi dina nyanghareupan masalah-masalah sakumaha nu dimaksud dina runtuyan 2 di luhur;

4. Natanan jeung ngatik putra-putra nonoman nu punjul keur mingpin daerah. Dina sumanget otonomi, putra daerah punjul dibéré kasempetan sakaligus pancén keur mingpin;

5. Ilubiung ngawangun, ngamajukeun jeung ngajaga stabilitas nasional. Kawenangan dina perkaral otonomi daerah teu perlu dipiluan ku sikep arogan.

BAHASAN MOTTO SKKS: NYANTANA (versi Bhs. Indoesia)


NYANTANA.

Nyantana itu adalah perilaku seorang PERWIRA, yang dalam bahasa Suda dikenal dengan sebutan SANTANA .

Falsafah Kepemimpinan Dalam Masyarakat Sunda menurut buku Kanda Ng Karesian demikian:

  1. A.        Parigeuing
Parigeuing adalah falsafah kepemimpinan dalam masyarakat Sunda menurut Naskah Kuna Sanghyang Siksa Kanda Ng Karesian.  Pada naskah ini terdapat petunjuk (guidance) dan perilaku dan tatakrama bagaimana bilamana seseorang menjadi pemimpin pada masyarakat jaman itu. Walaupun demikian panduan ini tetap akan sangat berguna untuk pemimpin masa kini.
Untuk melaksanakan Parigeuing seseorang harus melaksanakan dahulu falsafah yang disebut Dasa Pasanta artinya “Sepuluh Penenteram Hati” yang mempunyai makna

Rabu, 12 Juni 2013

Galur Catur ti Pakujajar ( I )

SKKS Cianjur// Hayang Ki Sunda Maju;
Baheula nu geus kaliwat urang teundeun dina batin guareun sakali-kalieun mun pareng urang keur nineung nu baheula mah apan geus puguh galurna geus karuhan lalakonna sanajan ngan ukur béja carita cenah ceuk cekéng Ari Sunda nu ayeuna naon caritakeuneun jaga mun ngagugulung waé baheula reueus ku nu geus euweuh keukeuh melang kana tapak taya gadag taya ketak Apan Sunda kudu tandang meruhkeun poé ayeuna malar Sunda gedé tanaga keur nangtang poé isukan Harepan mah aya di jaga lain nyampak di baheula baris kahontal henteuna kuma cék ketak ayeuna

Lamun Sunda hayang maju
atuh ulah leumpang mundur

Selasa, 11 Juni 2013

KI SUNDA

Raden Wiraatmadja
Ki Sunda !
Iket teh pikeun meungkeut kagorengan, kasombongan, jeung niat kalakuan anu teu hade sangkan muncul silih asih silih asah jeng silih asuh. Iket panutup mastaka nu gaduh arti budaya nu tiasa ninggalkeun ciri has perorangan sareng daerah nu tiasa dianggo ku sakabeh masyarakat nu gaduh nilai positif. Iket sarua jeung harga diri sabab dipasang dina sirah, sok sanajan hargana murah tetep merenah dinas sirah, moal sambarangan jalma bisa ngajamah,

Rupa atanapi bentuk iket aya opat juru nu ngandung siloka dina diri urang aya opat unsur nyaeta cai, angin, seuneu jeung taneuh. Iket pikeun nyengker akal pikiran jeung kalakuan sangkan hirup masagi anu ngandung harti eta tekad ucap jeung lampah teu pasula teu leupas tina galur para leluhur, teu boga rumasa aing pangpunjulna, rasa aing pangpinterna sagala nafsu anu matak ngabalukarkeun karugian kabeh diparekos.

BAJU INGSUN KABUYUTAN

« Baju aing baju waja,
simbut awak beurang peuting,
tahan ku panggoda napsu,
tumaninah keur ibadah.

« Baju aING baju waja,
baju SUNda kabuyutan,
bajuna sajamang hideung,
tah kujang ageman aing.

« Uyut aing aki Rombéng,
lalaki teuneung jeung ludeung,
ngaprak-ngaprak unggal wayah,
nebarkeun jala pangruwat,

« Pangruwat tina sasalad,
malar janglar sabuana,
papantunan pantun aing,
montong dilalaworakeun. ~

Lumungsur ping 19 Oktober 2011


Ki H Ihwan Natapradja

Siliwangi

Siliwangi geus tilar dunya, henteu tilem, teu rubah jadi maung atawa nu mistik lain na. Siliwangi jalma biasa, raja pajajaran, bangsa manusa, nu pernah hirup di alam dunya, mingpin tatar sunda.Ulah nyampurkeun dongeng jeung carita enya. Carita nu aya ayeuna ngan dongeng wungkul, di kira-kira, padahal teu sarua. Euweuh sahiji-hiji acan sesa pajajaran nu geus kapanggih nepi ka danget ieu. Mun hayang nyaho carita sabenerna, ulah nanya ka jalma, loba di kira-kira.

PIWEJANG KA BARAYA SKKS:

Sunda ngagagas rasa,
Rasa dulur nu saruntuy , baraya nu sarunday,
Ngahijikeun rasa nu mibanda adat, budaya jeung basa Sunda,
Anyam simpay masing pageuh, pikeun meungkeut ngarah raket,
Nu jauh dirangkul, nu anggang ditéang
Ngawengku dulur sangkan akur
Ngabeungkeut deungeun sangkan tengtrem.

Kunjungan Demang Cianjur ke Tatar Sukapura

Radar Indonesia (10/06/13) SKKS Kademangan Cianjur telah melaksanakan kegiatan kunjungan ke Kademangan  Suka pura selama 2 hari, dari tanggal 8-9 juni 2013 tepatnya di kabuyutan  Raja polah ,  kunjungan ini dalam rangka menghadiri   Undangan  kegiatan tepung baraya, bersilaturahim dengan para ais dan nonoman kasepuhan di Sukapura  juga pembentukan kepengurusan SKKS Kademangan suka pura,.

Tepung Baraya SKKS Tatar Sukapura

Radar Indonesia (10/06/13) Iringan musik kacapi mengawali Kegiatan Tepung Baraya yang diadakan oleh SKKS Kademangan Tatar Sukapura pada hari minggu , 9 Juni 2013 dengan tema “ Ngaguar seni dan Budaya sunda “, kegiatan ini bertempat di kabuyutan Raja Polah dan di hadiri oleh 100 baraya