![]() |
Ki H Ihwan Natapradja |
NYUNDA – PEMIMPIN YANG BERSIH.
Dahulu msyarakat etnis Sunda hidup dalam “isme” Sunda yang
baku. Maka pada masa inilah munculnya istilah “nyunda”. Sendi-sendi kehidupan
seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan seluruhnya
berdasarkan kepada isme Sunda. Dalam hal budaya misalnya: dari mulai seni,
bahasa, busana, teknologi, sampai kepada pemukiman dan perumahan, seluruhnya
berdasarkan kepada budaya Sunda.
Sejalan dengan waktu sendi-sendi tersebut satu persatu
menjadi terlepas. Yang pertama lepas adalah tentunya agama. Hal ini sangat
“kasat mata” yang akhirnya mayoritas etnis Sunda sekarang memeluk agama Islam.
Kondisi yang tentunya sangat disayangkan oleh mereka yang masih “dalit”
menganut agama leluhur. Walaupun demikian teentu tidak disayangkan, malahan
disyukuri, oleh orang Sunda Yng berkeyakinan bahwa Islam adalah satu-satunya
agama yang haq.
Demikianlah terlepasnya sendi-sendi tersebut, dengan terlepasnya satu demi satu
yang pada akhirnya hanya tersisa satu sendi saja yang kondisinya sudah berada
diujung tanduk. Sendi itu adalah bahasa Sunda!
Kini konsep “nyunda”
tentunya harus didorong. Secara “nyantika” kita tentu tida bisa
mengkondisikannya, apalagi dengan paksaan, supaya orang Sunda bisa nyunda dalam
artian seperti jaman dahulu.
Bagaimana kita bisa menganjurkan pemuda jaman sekarang untuk
pergi kuliah dengan mengenakan cellana tradisi “pangsi”, kemeja “kamprét”, iket
kepalam model “barangbang semplak”, dan
membawa laptop di dalam tas tradisi “kanjut kundang”. Kita juga tidak mungkin
memperlihatkan wajah beringas
Ketika para pemuda mendengarkan lagu-lagu milik Nining Meida
AS dalam bahasa Sunda tapi diiringi oleh
musik diatonis. Lalu apakah ada syarat minimalnya supaya orang Sunda disebut
“nyunda”? Ada, yaitu jika mereka mau menggunakan bahasa Sunda ketika berkomunikasi dengan senama orang Sunda.
Tentunya pada kontek s "tepat waktu sesuai tempat".
Selain dari pada sendi agama, sebenarnya sikap “nyunda”
dapat dikembalikan kepada konsep awalnya. Tentu saja sesuai dengan ungkapan
“nincak hambalan” sesuai dengan tingkatan. Dan prioritas sekarang yaitu
mengupayakan dan mencegah agar bahasa Sunda tidak “ilang lebih ilang tanpa
karana”, menghilangtanpa jejak. Ini sangat mengingat bahwa bahasa iru adalah
syarat minimal untuk manusa Sunda dapat disebut “nyunda”.
Kesumpulannya: Syarat minimal seseorang disebut “nyunda”
yaitu mau berbicata dengan bahasa Sunda.
POLA KEPEMIMPINAN SEJATI ORANG SUNDA
Kami ingin mengemukakan pepatah dari leluhur kami (orang
Sunda) yang kami gunakan sebagai syarat
bila ingin menjadi seorang pemimpin yang berhasil.
Kami ingat bahwa nasihat orang tua kami itu demikian
bunyinya:
“Mangkade mun urang ngajalankeun hirup kumbuh kudu cageur,
bageur, bener, pinter, singer, tata- titi, nastiti jeung surti”
Terjemahannya:
“Awas kalau kita menjalani hidup bermasyarakat haruslah,
sehat, jujur, benar, pintar, cekatan, sopan-santun, tertib dan mengerti”.
Nasihat orang tua itu benar-benar menjadi salah satu
pegangan hidup kebanyakan orang Sunda. Alangkah baiknya bila kedelapan pegangan
hidup itu , yaitu:
1) Cageur
2) Bageur
3) Bener
4) Pinter
5) Singer
6) Tata-Titi
7) Nastiti, dan
8) Surti
Marilah kita bandingkan dengan apa yang diajarkan Allah
kepada kita melalui firman-firmannya.
CAGEUR
Cageur adalah sehat. Tentu saja dalam menjalankan tugas
hidup, beribadah - sesuai dengan tujuan utama manusia diciptakan oleh Allah
s.w.t. – adalah agar menjaga kesehatan, baik lahir maupun batin. Kita tidak
dapat menjalankan tugas (beribadah) jika tidak sehat. Kesimpulannya seseorang
diwajibkan “menjaga diri” dengan sebaik-baiknya.
Menjaga
kesehatan juga mengkonsumsi makanan dan minuman yang baik (halal) dan tidak
berlebih-lebihan.
Begitu juga menjaga diri dengan cukup istirahat,menggunakan
waktu sesuai dengan sunatullah, siang untuk bekerja, malah untuk
istirahat(tidur).
BAGEUR.
Bageur, artinya jujur dan baik. Seseorang harus mempunyai
sifat yang jujur dan kebaikan harus ditegakkan, tindakan jujur juga termasuk menegakkan keadilan dan kebenaran.
BENER.
Bener adalah benar, kebenaran adalah modal utama untuk
menjadi manusia yang baik. Jika bertindak benar maka pasti baiknya, tetapi
bertindak baik belum tentu benarnya. Kebenaran ini yang harus ditegakkan,
benar, kebenaran (hak) ditekankan pada berpuluh-puluh ayat dalam Al Qur’an,
bahkan Al Qur’an itu sendiri adalah sumber kebenaran.
PINTER.
Pinter, adalah Pintar, kebalikan dari bodoh. Manusia
dituntut untuk meninggalkan kebodohan, menuntut ilmu dan mencari ilmu
pengetahuan dengan sebanyak-banyaknya. Al Qur’an sangat menganjurkan bagi
seorang Muslim untuk menuntut ilmu pengetahuan dan menggunakan akalnya.
Kata-kata berpikir dan berakal sangat banyakditekankan pada ayat-ayat-Nya.
Sungguh
suatu kekeliruan bila ada kaum agamis yang benci kepada ilmu pengetahuan. Bukan
saja kebencian itu sama dengan mencegah manusia untuk menggunakan akalnya.
Sehingga ia akan lebih senang manusia tidak bersyukur akan kenikmatan yang
diberikan Allah s.w.t. yang sudah menbedakan manusia lebih mulia daripada
binatang, akan tetapi kebencian itu menjadi suatu tanda bagaimana kaum agamis
tidak tahu berterima kasih akan keberhasilan Ilmu Pengetahuan. Ilmu yang sudah
menemukan berbagai macam peralatan modern dan canggih yang sudah banyak
digunakan oleh kaum agamis itu sendiri.
Di samping
itu, seseorang yang menentang untuk menuntut ilmu pengetahuan tiada berbeda
dengan menghasut supaya manusia jangan berterima kasih (bersyukur) kepada
Rabbnya, karena kalau manusia mengenyampingkan pemberian Allah s.w.t. yang
dinamai akal yang sangat “mahal” harganya, sama saja dengan menghinakan Allah
s.w.t.
Seseorang tidak usah khawatir bahwa Ilmu
Pengetahuan akan merendahkan derajat agama, bahkan dapat meng-hancurkannya.
Masalah ini sudah kita lihat pada pembahasan di muka merupakan sesuatu yang
mustahil. Sesungguhnyalah ilmu pengetahuan dan kemajuan di muka bumi ini bukan
menjadi tanda bahwa manusia itu semakin mengerti, tetapi semakin jelas ketidak
mengertiannya.
Bila
teknokrat-teknokrat Barat sering mencari pengetahuan tentang ilmu ghaib dan
dzat-dzat halus dari bangsa India (Hindu), ilmu yang tidak mudah ditiru oleh
siapapun juga sebelum mempelajarinya, maka itu berarti bahwa dia tidak berani
untuk memandang rendah kepada bangsa Timur.
Kita akui
bahwa bangsa kita sudah tertinggal jauh oleh bangsa Barat dalam hal teknologi,
tetapi ini bukan menjadi bukti bahwa orang Timur Kuna memiliki ilmu yang lebih
rendah dari kemajuan Barat pada masa kini.
Walaupun
bagaimana, tidak bisa dibantah bahwa bangsa Timur memiliki perasaan dan harga
diri yang kita sendiri tidak mengerti, yaitu perasaan tidak puas bila melupakan
Dzat Yang Maha Kuasa, yang juga tidak dimengerti oleh kita.
SINGER.
Singer, artinya terampil, produktif dalam berkarya, banyak
keahlian, pada prinsipnya manusia Sunda dituntut untuk bekerja dan berkarya.
Dalam bahasa Sunda sekarang adalah “rancage”, artinya “terampil”. Dalam hal ini
leluhur Sunda menganjurkan agar warganya mempunyai keterampilan (skill) untuk
menjalani hidup yang banyak tuntuntan dan tidak mudah ini. Keterampilan memang
sesuatu jalan untuk ikhtiar dalam beribadah kepada Allah s.w.t. Setiap manusia
dianjurkan untuk berusaha dan berkarya.
Jelaslah
ayat di atas menganjurkan untuk kita selalu bekerja dan berusaha, tiada lain
kunci kesuksesannya adalah “singer” alias “terampil”.
TATA-TITI.
Tata-titi, adalah tata-krama atau sopan-santun, seseorang
yang sehat, jujur, benar, pintar dan terampil jika lupa akan sopan-santun
(etika) maka hidupnya tidak akan disenangi orang. Falsafah ini lengkapnya
TATA-TITI, DUDUGA PERYOGA, segala perilaku menggunakan sopan-santun dan etika
yang benar.
NASTITI.
Nastiti artinya tertib. Tertib dalam bertindak, tertib
berperilaku dan menjaga ketertiban adalah salah satu modal utama untuk mencapai
keberhasilan dalam berkarya. Bertindak tertib artinya mengikuti suatu peraturan
yang benar serta tidak melanggarnya.
SURTI.
Surti artinya bijak, mengetahui dengan cepat terhadap maksud
orang lain walaupun hanya dengan isyarat, sehingga ia akan bertindak bijak dan
mampu memutuskan sesuatu dengan bijaksana dan adil. Demikianlah bahasan kami akan nasihat
leluhur kami khususnya, masyarakat Sunda pada umumnya. Akhiurul kalam semoga
apa yang kami kemukakan di sini diridhai Sang Pencipta Allah s.w.t., karena
kebenaran hanyalah daripadaNya dan kekeliuran adalah milik kami.
Semoga bermanfaat dan berfaedah bagi kita semua.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar